Selasa, 11 Agustus 2009

Risalah Khusus Untuk Para Pejuang Da’wah

Risalah ini ditujukan kepada para pemuda yang merasa jemu dan bosan dalam berda’wah. Mereka lebih mementingkan beribadah dari pada bergerak untuk menyebarkan kalimat-kalimat ALLAH di muka bumi.

“Tinta para ulama ditimbang dengan darah para syuhada”

Hadis ini memiliki pengertian bahwa tinta yang digunakan oleh ulama yang mengabdikan dirinya kepada ALLAH sepanjang hidupnya bisa disamai oleh darah syuhada yang berjuang di jalan ALLAH dengan keIkhlasan.

“Siapa yang berpegang pada sunnahku di saat rusaknya umatku, ia mendapatkan pahala seratus orang yang mati syahid”

Sungguh, berjuang di jalan ALLAH disaat orang-orang terlena dengan berbagai kebahagiaan dunia merupakan suatu perbuatan yang mulia. ALLAH akan membalas setiap langkah yang dilakukan dengan berlipat kali pahala dari pada orang yang hanya beribadah bagi dirinya sendiri.

Dan inilah jalan yang diinginkan setiap manusia untuk beramal sholeh tapi syaiten lebih pintar dalam membolak – balikkan niatan seseorang untuk beramal dan berda’wah kepada Allah.

Meninggalnya Muhammad Rasulullah SAW menjadi kesedihan yang mendalam bagi umat Islam namun Kalimatullah harus tetap di syi'arkan, tongkat estafet dakwah harus tetap berjalan. Sikap tegas Rasulullah SAW memperjuangkan Islam menjadi tolak ukur para Sahabat mengemban amanah sebagai Khalifah pemimpin umat Islam penerus Rasulullah SAW.

Jagalah Niatmu, Wahai Saudaraku

JIKA KAU INGIN ISTIRAHAT,NANTI... NANTI DI SURGA

"Wahai orang orang yang beriman!jika kamu menolong agama allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu"

(QS.Muhammad: 7)

"....katakanlah "kesenangan di dunia ini hanyalah sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa (mendapat pahala turut berperang) dan kamu tidak akan didzalimi sedikit pun"

(QS Al-maidah:77)

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal Allah belum mengetahui orang-orang yang

berjuang diantara kamu dan orang-orang yang bersabar.” (QS Ali Imran: 142)
 
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al-Baqarah: 214)
 
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, sehingga Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. 
(Al-Ankabut: 2-3).

Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR. Muslim)

Rasulullah juga pernah bersabda, "
Tidak ada satu kebaikan pun yang pahalanya lebih cepat diperoleh daripada silaturahmi, dan tidak ada satu dosapun yang adzabnya lebih cepat diperoleh di dunia, disamping akan diperoleh di akherat, melebihi kezaliman dan memutuskan tali silaturahmi." Dalam sebuah riwayat lain, Rasullah saw bersabda, "Barangsiapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dilamakan bekas telapak kakinya (dipanjangkan umurnya), hendaknya ia menyambung tali silaturahmi. (HR. Mutafaq ‘alaih)

Dalam riwayat lain, Rasulullah saw pernah ditanya oleh seorang sahabat,
"Wahai Rasulullah kabarkanlah kepadaku amal yang dapat memasukkan aku ke surga". Rasulullah menjawab; "Engkau menyembah Allah, jangan menyekutukan-Nya dengan segala sesuatu, engkau dirikan shalat, tunaikan zakat dan engkau menyambung silaturahmi". (HR. Bukhari).

Dalil-dalil di atas telah menjelaskan betapa pentingnya arti dari sebuah persaudaraan Islam.
Demikian penting dan vitalnya fungsi memperkuat persaudaraan Islam, hingga Rasulullah saw pun tidak mau mengakui orang yang tidak memiliki kepedualian terhadap urusan saudaranya sebagai umatnya, Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya yang artinya:

Rasulullah saw. bersabda, ”Siapa yang tidak peduli terhadap urusan umat Islam, maka bukan termasuk golongan mereka.”. (HR. At Tabrani)